Design | Science | Technology | Psychology | Music

Minggu, 26 Januari 2014

Ghytsa Alif   /   05.55   /   , ,   /   No comments



Kebiasaan meminum alkohol sudah ada selama ribuan tahun lalu, sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Mulai dari bangsa Romawi, Yunani, hingga Cina. Kebiasaan meminumalkohol tersebut biasanya terdapat saat perayaan sebuah acara, atau meminum alkoholuntuk mengurangi beban pikiran dan kesedihan. Dari kedua hal tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi alkohol berkaitan erat dengan emosi manusia. Para ahli dalam bidang syaraf otak yaitu Neuropsikologi, neurofisiologi, dan neurobiologi, dari penelitian pada limbik dan korteks (bagian otak) para peminum alkohol, menemukan bahwa kecanduan menerjemahkan emosi menjadi sensasi.
Saat ini, banyak pihak memberi perhatian lebih pada konsumsi alkohol yang berlebihan. Fokusnya yaitu terhadap para peminum alkohol yang mengemudi mobil setelah teler, dan pada modifikasi penggunaan alkohol yang banyak digunakan oleh orang yang berusia muda dan hubungannya dengan obat-obatan psikoaktif lain yang digunakan untuk merasakan sensasi mabuk yang lebih kuat.
Penyalahgunaan alkohol tersebut sangat merusak, karena usia pertama saat meminum alkohol berkorelasi dengan penurunan “gray matter volume” di korteks frontal, otak kecil, dan batang otak.

Pada pengkonsumsian alkohol yang berlebihan, memberi dampak yang dapat mengubah struktur dan fungsi dari sistem saraf pusat dan pada jangka panjang dapat menyebabkan perubahan adaptif neuronal yang berkontribusi terhadap phenomena of tolerance and withdrawal. Pada pengkonsumsian satu dosis ethanol jika diberikan pada usia kritis ditemukan bahwa dapat memberikan efek penurunan jangka panjang pada memori jangka panjang. Pada penggunaan dosis rendah alkohol dapat membuat perubahan fisiologis pada otak halus walaupun tanpa adanya defisit perilaku nyata yang ditunjukan.



sumber : http://indonesiapsikologi.blogspot.com

0 comments :

Posting Komentar

Search